Minggu, 17 April 2016

Pakaian Baru Duryudana, Sang Kaisar (versi Wayang Mbeling)

Pengantar : Sengaja saya mendongengkan kembali kisah lama bersumber dari buku "The World's Best Fairy Tales" dengan judul cerita "The Emperor's New Clothes". Saya merasakan betapa masih aktualnya cerita tersebut untuk era sekarang ini. Era dimana sesuatu yang bersifat tampilan, berupa lambang, ataupun apapun itu, lebih dipuja daripada makna. Selamat mengambil hikmahnya.

Alkisah di zaman era pewayangan Kurawa dan Pandawa, hiduplah seorang penguasa bernama Duryudana. Duryudana adalah seorang raja diraja atau kaisar yang tidak pernah memiliki pakaian butut. Semua pakaiannya selalu baru dan hanya dipakai sekali setelah itu dibuang. Sehingga nyaris seluruh uangnya habis hanya untuk membeli pakaian baru. Duryudana tidak mau perduli bagaimana kesejahteraan rakyatnya, tentaranya, apalagi tentang kualitas pendidikan di negaranya. Dia hanya mau bersenang-senang memamerkan pakaiannya yang terbaru. Di setiap peristiwa yang sengaja dibuat, dimanapun tempatnya, Duryudana tidak pernah lepas dari setiap helai pakaian baru yang selalu berganti hampir setiap jam.

Kebiasaan Duryudana itu diamati dua orang lelaki pengembara dari negeri antah berantah. Suatu hari melalui media sosial mereka mengumumkan kepada seluruh masyarakat bahwa mereka akan membuat sebuah pakaian istimewa untuk Duryudana, sang Kaisar. Tentu saja pakaian yang akan dibuat adalah yang terbaik, terindah, termahal, dan hanya satu-satunya di dunia untuk Duryudana. Dan seperti biasanya, pengumuman itu langsung mengorbit menjadi trending topic nomor 1. "Pastilah pakaian yang dibuat keren dan yang membuatnya pasti perancang hebat", demikian pikir orang-orang.

Terlebih kemudian terlihat betapa sibuknya dua orang pengembara itu keluar-masuk kamar apartemennya sambil membawa berkardus-kardus barang. Entah apa yang mereka yang beli. Orang-orang hanya mendengar dari kamar apartemen itu selalu mendengar siang-malam suara seperti mesin tenun yang sedang bekerja. Ulah kedua orang itu terus-menerus diceritakan dalam berbagai media sosial. Lengkap dengan unggahan bagaimana foto mereka yang sedang bersusah payah mengangkat kardus-kardus yang kadang-kadang beratnya melebihi tubuh mereka.

Sayangnya para tetangga atau siapapun tidak diperbolehkan mengetahui isi kardus. Ataupun memfoto isi kamar mereka. Hanya dikatakan isi kardus adalah perkakas alat tenun, dan mereka tidak mau diganggu karena sedang sibuk bekerja. Jadi cukup dengan memfoto mereka keluar-masuk sambil bawa kardus, dan seterusnya diunggah, sudah mengundang banyak komentar dari mana-mana. Termasuk dari Duryudana dan para staffnya.  

Duryudana dan para stafnya antusias menanggapi hal itu. Mereka jadi penasaran. Duryudana akhirnya mengutus salah-seorang menterinya untuk mengecek langsung di rumah kontrakan, eh maksudnya di kamar apartemen kedua orang pengembara itu. Mengetahui ada orang sekelas menteri yang datang berkunjung, kedua orang pengembara itu merasa sangat senang. Lalu diperlihatkanlah bahwa bahan untuk membuat pakaian itu sedang ditenun. Memang benar, di dalam salah-satu kamar apartemen telah tersedia satu buah alat tenun canggih. 

Mesinnya sedang dijalankan, suaranya terdengar halus dan seperti sedang menenun pintalan demi pintalan benang. Namun.........mana benangnya ? Sang menteri sedikit demi sedikit mulai bingung. Dia tidak melihat apapun. Mengetahui si menteri mulai bingung, salah-seorang dari dua orang pengembara itu yang usianya lebih tua, cepat tanggap. "Pakaian yang akan kami buat adalah teramat sangat istimewa. Sangat imajinatif dan begitu luar biasa serta menakjubkan. Terbuat dari benang-benang yang sangat halus, sehingga tidak sembarang orang bisa melihatnya. Harus orang yang terbaik, terpandai, dan terhebat yang bisa melihatnya. Jadi bagi orang yang paling bodoh, dan bodohnya tidak bisa dimaafkan lagi, tentu saja tidak akan pernah bisa melihat, bahkan menyentuh pun tidak".

Mendengar penuturan si lelaki itu, menteri menjadi terdiam. Isu reshuffle kabinet sudah santer terdengar, dia takut kena reshuffle. Apalagi karena tidak bisa melihat dan menyentuh pakaian yang akan dibuat untuk sang Kaisar. Maka manggut-manggutlah kepala menteri, maksudnya antara mengerti atau tidak yang penting tidak kena reshuffle. Kedua lelaki pengembara itu terlihat tersenyum. Senyum mereka pun semakin bertambah setelah diberi imbalan sejumlah uang dari menteri. Sementara menteri melaporkan kepada sang Kaisar, semakin menambah rasa penasaran Duryudana. 

Tidak puas hanya mengutus menteri, beberapa hari kemudian Duryudana ingin mengetahui perkembangan calon pakaian barunya. Kali ini Duryudana mengutus staf khususnya. Lagi-lagi hal yang sama terjadi. Staf khusus juga sama bingungnya mengetahui bahwa dia tidak melihat apapun. Apalagi ketika kedua lelaki itu mengatakan bahwa mereka sekarang sedang menenun helai demi helai kain. Tetap dengan kata-kata yang sama, bahwa begitu indahnya dan imajinatifnya bahan yang mereka buat sehingga hanya orang yang terbaik saja yang bisa melihat dan menyentuh, sedangkan orang bodoh tidak, membuat staf khusus yang dalam hatinya berniat ingin jadi menteri kalau reshuffle nanti jadi, berfikir bahwa dia memang layak jadi menteri, untuk itu dia harus melaporkan bahwa dia telah melihat dan menyentuh bahan untuk jadi pakaian istimewa sang Kaisar, Duryudana. Sebelum pulang, staf khusus tidak lupa memberikan sejumlah imbalan uang terima kasih untuk mereka.

Sekarang Duryudana sendiri yang ingin melihat calon pakaian istimewanya itu. Dengan segala seremoni kenegaraan, Duryudana melangkah gagah diiringi beberapa pengawal menuju kamar apartemen kedua lelaki itu. Kedua lelaki pengembara itu menyambut gembira kedatangan sang Duryudana. Wajah mereka berseri-seri. Kepada Duryudana mereka memperlihatkan sebuah rancangan "pakaian kebesaran seorang kaisar" yang seolah-olah dikenakan disebuah manekin.

Melihat "pakaian kebesaran seorang kaisar" yang seolah-olah dikenakan disebuah manekin, membuat Duryudana terkejut. Dia sampai tidak bisa berkata apa-apa. Lelaki yang paling tua dari dua orang itu kembali mengatakan kepada Duryudana bahwa hanya orang yang paling hebat, paling pintar, dan tentunya kaisar sendiri yang bisa melihat dan menyentuh calon pakaiannya itu, membuat Duryudana berfikir keras. Apakah dia mau dianggap bodoh ? Jika dia bodoh, nanti dia bisa dibuatkan mosi tidak percaya dan menjadi kaisar paling bodoh. Oh tidak !
Tentu saja Duryudana tidak mau dianggap bodoh. Apalagi di hadapan para pengawalnya. Kebingungan Duryudana semakin bertambah dengan bumbu kata-kata manis dari kedua lelaki itu. Duryudana terus menerus dipuji akan menjadi kaisar paling hebat dan pintar dalam sejarah jika memakai pakaian penuh imajinatif itu. Para pengawalnya yang juga bingung juga tidak tahu harus berkata apapun. Mereka juga takut dibilang bodoh dan dipecat jadi pengawal. Sebelum pulang, Duryudana menghadiahi sejumlah besar uang kepada kedua lelaki itu.

Akhirnya hari yang ditunggu-tunggupun tiba. Di sebuah gelanggang olah raga, telah hadir ratusan ribu orang untuk menyaksikan penampilang sang Kaisar dengan pakaian terbarunya. Berbagai atraksi digelar sambil menunggu kehadiran sang Kaisar. Sementara itu, di dalam ruang ganti, Duryudana tersenyum-senyum mendengar sanjungan dari para menteri, para pengawal, dan juga kedua lelaki itu, tentang pakaian terbarunya. Hati Duryudana berbunga-bunga meski masih berasa ragu, apakah dia bodoh beneran atau benar-benar bodoh ?
Saat diumumkan bahwa sudah waktunya bagi Duryudana untuk tampil, semua yang hadir menahan nafas. Terkecuali bagi kedua lelaki itu yang tampaknya sudah bersiap-siap berkemas, Duryudana dan yang lain dengan langkah ragu berjalan selangkah demi selangkah keluar ruang ganti. Dari pengeras suara terdengar dengan lantang suara pembawa acara bahwa Duryudana sang Kaisar sekarang mengenakan pakaian terbaru, penuh imajinatif, dan hanya orang bodoh yang tidak bisa melihatnya. Mendengar hal itu, Duryudana pun semakin memantapkan langkah kakinya.

Benar saja, begitu Duryudana dan yang lain muncul ke tengah lapangan, semua yang melihat terpekik kaget, tidak percaya apa yang dilihatnya. Mereka sesaat tidak mengeluarkan suara apapun, mata mereka mendelik kaget, dan bahkan ada yang memalingkan wajahnya ke arah lain. Namun, seiring dengan suara musik bertalu-talu yang diperdengarkan, mau tidak mau orang-orang melihat penampilan Duryudana. Duryudana tersenyum dan dengan penuh percaya diri melambai-lambaikan tangannya ke arah para penonton. Pembawa acarapun mengomentari dengan suara penuh semangat, "Raja kita, Kaisar yang Agung, Duryudana tampak gagah dengan pakaian yang sangat imajinatif, tak tertandingi oleh apapun, sungguh Kaisar yang hebat, luar biasa, dan sangat pintar memilih busana yang terbaik di abad ini !"

Tiba-tiba................."Kaisar kok telanjang ?" sebuah suara halus lembut terdengar dari mulut seorang anak kecil. 

Suara yang terdengar sekali namun sanggup membuat semua orang tertegun dan menoleh satu sama lain. Meski sesudah itu kembali pembawa acara memperdengarkan berkali-kali dengan kata-kata menggelora,"Raja kita, Kaisar yang Agung, Duryudana tampak gagah dengan pakaian yang sangat imajinatif, tak tertandingi oleh apapun, sungguh Kaisar yang hebat, luar biasa, dan sangat pintar memilih busana yang terbaik di abad ini !" Namun, suara seorang anak kecil sesekali mengiang terus-menerus diingatan, "Kaisar kok telanjang ?"

Selanjutnya, seperti ulah para supporter bola Indonesia, kegaduhan semakin lama semakin membesar. Kaisar Duryudana pun cepat-cepat diselamatkan para pengawal. Duryudana segera ditutupi dengan spanduk yang asal comot. Lalu dibawa ke ruang ganti. Sedangkan anak kecil itu juga langsung ditutup mulutnya oleh sang ayah dan dibawa pulang ke rumah.

Di negeri Amarta kedua orang pengembara membuka topeng mukanya. Ternyata mereka adalah Cepot dan Gareng ! Cepot dan Gareng tertawa-tawa terbahak-bahak sambil sibuk menghitung uang yang mereka peroleh. Tingkah laku mereka diam-diam diamati Semar, yang siap-siap akan menghukum mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar